Rabu, 31 Oktober 2012

Biarkan Alam Tentukan Pilihan



Biarkan Alam Tentukan Pilihan
oleh : Budi Riyanto.-

Kepak kelelawar mengarak awan
mengusung pekat malam mengurung kelam
teriak Serigala Liar terhenti ditengah lolongan
pekat,,,,,,gulita kelam membahana
singkap tabir setengah tirai
mengusung keranda rindu berkafan 
mengantar kepemakaman rasa

Bisik berisik suara jangkrik
paduan suara katak membuat pekak
kesunyian ini tanpa arti

Alam telah berkabar
lewat topan dan badai

Meninggi kelelawar mengarak awan
purnama tertutupi kegelapan pekat
biarkan alam balaskan dendamnya
lalu siapa kuasa hendak mengelak

Alam yang punya pilihan.-


*   *    *
31/10/12.-

Minggu, 14 Oktober 2012

KARENA SEGELAS CENDOL




KARENA SEGELAS CENDOL
oleh : Budi Riyanto.


Maaf jeng,,,,,,
kemarin aku lupa belikanmu segelas cendol
hingga buat hatimu dongkol
dan jadikan netra redupmu melebar sebesar Jengkol

Aku hanya belikanmu segelas Cincau,,,,
tapi malah membuat suasana kacau
semakin membuatmu berkicau
Ahhh,,,,,mungkin kamu lagi galau

Lalu Cincau tak kau sentuh
biarlah Teh Manis aku seduh
agar amarahmu meluruh
hingga ntramu se-Jengkol menjadi teduh

Hmmm,,,,aroma Teh hangat begitu harum
merubah cemberutmu menjadi senyum
menghias bibirmu tanpa gincu yang ranum
kembali tersenyum,,,,,,,

Karena segelas Cendol hatimu dongkol
karena segelas Cincau kamu meracau
karena segelas Teh harum kamu tersenyum

Sudahlah Jeng,,,,,kamu dirumah,,,
dan hari ini aku tetap kesawah,,,,,,.-

* * *
Jakarta, 1410'12

Jumat, 12 Oktober 2012

JANJI SATU




JANJI SATU
oleh : Budi Riyanto


Cukup satuku
sudah kucukupkan
berhenti sudah aku dari pencarian
yakinkan padamu adalah kesyakinan satu
ketika,,,,
pada tiap hembusan nafasmu
adalah terhembus pula nafasku
pada setiap langkahku
adalah langkah karenamu
yang selalu menuju padamu

Usahlah lagi pertanyakan rinduku juga adaku
karena selalu pasti untukmu
akan selalu satu kutuju,,,,,padamu

Takkan lagi kucemari nafasmu
tentang kedukaan
dan sakit hati
hingga akan menguras keringkan air matamu
hingga akan mengurus keringkan ragamu

Janjiku satu
dan tak akan aku duakan
sudah cukup satuku
pada ikrar suci yang telah terpatri.-

*     *       *

Jakarta, 1210'12

Rabu, 10 Oktober 2012

DIAM




DIAM
oleh : Budi Riyanto

Dan ada yang hilang
entah kemana,,,,,,,,
sepi diam, sunyi senyap
merajuk rindu
tanpa warta
rinai gerimis bak derai tangis
pilu menitis rasa mengiris
teriris,,,,,,,,,
sayat luka menyayat

Terkabar diammu
pada sepi malam

Benalu malam adalah gemintang
yang menempel pada langit malam,
bertebaran,,,,
pada sepinya keramaian
diam,,,,,,,,,
aku terdiam pada dinding malam
sendirian,,,,-

*     *     *
Jakarta, 0410'12

Jumat, 05 Oktober 2012

APA PEDULIKU




APA PEDULIKU
oleh : Budi Riyanto


Apa peduliku,,,,,
ketika kau ucap cela hingga habis kata-kata
luapkanlah,,,,,,,,,,ini adaku

Lalu apa peduliku,,,,,,
ketika kau ucap cemooh dalam kata membabi buta
luapkanlah,,,,,,,,,,,ini adaku

Terus apa peduliku,,,,,,,
ketika kau caci maki dalam segala kata makian
luapkanlah,,,,,,,,ini bisaku

Kemudian apa peduliku,,,,,,,,,,
ketika cibir ejek kau sampaikan, penuh rasa kemuakkan
luapkanlah,,,,,,,,,, ini mampuku

Andai bosan sudah,
engkau mencaci
andai bosan sudah,
engkau memaki
andai bosan sudah,
engkau mencela
andai bosan sudah,
engkau menghina

Berkacalah,,,,,
dan kemudian tegoklah keatas,
diatas langit masih ada langit.-

*    *    *
Jakarta, 0410'12

PADA IMAJI LIAR




PADA IMAJI LIAR
oleh : Budi Riyanto



Naluriku sudah lompat pagar
saat nurani sudah mati terbakar
hangus pada tumpukan arang, gosong harga diri
terkapar mati nurani
hanya naluri yang menjalar liar
pada nadi-nadi lapar

Bukan tentang cinta
bukan tentang norma

Biarlah terkapar mati tanpa kata
pada nurani mati
tinggal naluri mengendap liar
walau tanpa nyali

Nurani telah terkurung naluri
terdiam diri terpasung sepi.-

*    *    *
Jakarta, 0410'12

AKU MENCOBA MEMAKNAI GERIMIS





AKU MENCOBA MEMAKNAI GERIMIS
oleh : Budi Riyanto


Butir-butir air bening dari langit itu,,,berhamburan
membasuh debu diujung dedaunan
membilas basah aspal kering kepanasan
aku,,,,, diujung sepi
mencoba memaknai gerimis malam ini

Namun,,,,
taklah sekalimatpun terbaca dari rinainya
hanya melintas bayang
tentang kisah masa silam
saat kita meneduh pada halte tepian jalan
menghindar dari guyuran gerimis yang melebat hujan

Adalah sebuah malam awal sebuah perdebatan
laksana berkumur buih,,,,
kalimat-kalimat terlontar mendidih

Maaf,,,,,
aku tak bisa memaknainya
hingga hentikan sumpah serapahmu
pada kalimat terakhir
ketika pencarian sudah berakhir

Pada gerimis malam pada sebuah halte
kalimat cintamu hambar terasa
ketika terucap seiring amarah tanpa alasan
cukup,,,,,,
kita hentikan perbincangan
gerimis kian melebat hujan
semoga hujan menjadi badai.-

*    *    *
Jkarta, pada suatu ketika.-

MENDHUNG SORE INI





MENDHUNG SORE INI
oleh: Budi Riyanto


Menghitam langit memekat gelap
berharap akan  indah pada waktunya
hanya berharap,,,,,,
gerimis merinai hingga melebat
gemuruh hati gemuruh jiwa
menuntun diri pada bilik sunyi

Tepikan diamku pada banyak makna

Usahlah mencoba memaknainya
hanyalah akan sia-sia nantinya
sepi, sunyi tanpa arti
dalam hening mencari jati diri

Aku bukan siapa-siapa
hanya pengkisah yang telah senja
pada kepekatan menjelang malam

Mendhung sore ini
mengurungku dalam bingung.-

*    *    *
Jakarta, 0410'12

Kamis, 04 Oktober 2012

AKU TOBAT,,,TOBAT AKU




AKU TOBAT,,,,,,TOBAT AKU
oleh : Budi Royanto


Demi luka segala luka
ketika rasa tersayat kata
kucur darah-darah kecewa membasah perih
bak onak berbisa menancap pada dinding-dinding merah bata
hatimu,,,,,,

Tobat aku,,,,,,

Akan aksaraku yang tak lagi bermakna
aku telah rajahkan pada dinding hati
dengan ujung pena duri bertuba
hingga mengoreng luka mati rasa

Aku tobat,,,,,,,

Mengumbar aksara mengambang makna
telaah hingga jengah tanpa pernah sudah
menuju buntu fikir tanpa akhir
usahlah coba maknai gurat urai aksaraku
hanya akan terhenti pada titik kekecewaan panjang
mengambang rasa,,,,,
luka menganga berhias onak duri bertuba
meracun nalar
rasa terbakar,,,,,,,

Aku tobat,,,,,tobat aku
dan terhenti pada akhir sebuah fikir
tanpa makna.-




Jakarta, 0410'12

Rabu, 03 Oktober 2012

na purma




na purma
oleh : Budi Riyanto

na purma,,,,,
kujumpai kau ketika aku buka jendela maya
tersembul diantara gelap awan
dalam tiap-tiap berkabar
na purma,,,,,
ku bangunkan kau dari lelapmu tidur panjang
lewat lolong nyaring Serigala liar
na purma,,,,,
jelaga awan hitam telah menghilang
langkahmu telah tenang melenggang
na purma
melangkahlah kitari langit malam
tanpa terganggu lolong panjang Serigala liar
na purma
jangan kau takutkan Kelelawar pemetik buah ranum

na purma,,,,,,
percayalah pada perjanjian altar rasa
lolong Serigala liar takkan lagi mencabik langit malam
Kelelawar penikmat buah ranum takkan lagi rakus
menggerayangi malam

na purma,,,,,,
yakinlah,
akan selalu dan selamanya
mengitar malam pada langit biru sang pemiliknya

na purma,,,,,
aku masih pandangimu pada setiap malam-malam
akan hadirmu.-

*  *  *

Jakarta, 0310'12

Senin, 01 Oktober 2012

TERIMA KASIH ATAS WAKTUMU




TERIMA KASIH ATAS WAKTUMU
oleh : Budi Riyanto


Separuh waktu lebih dari umur hidupmu
lelah telah kau abdikan padaku
pada sedih, sedih, sedih dan bahagia
yang belum sempurna
pada air mata, air mata, air mata dan senyummu
yang belum juga sempurna
untuk terulas manis dibibirmu
tanpa beban yang tertahan
hingga bisa rubah senyummu
menjadi tawa yang indah
tanpa pernah terbebani lelah

Terima kasih atas luang waktumu
yang kadang sia terbuang
atas sikap-sikap kelakuanku dulu
hingga hanya buatmu tersenyum dalam tangis

Terima kasih atas waktumu
yang lebih dari separuh umur hidupmu
pernah tersiakan olehku
hingga buatmu sedih, sedih, dan sedih
maaf aku belum bisa,
menjadikan sedih, sedih, dan sedihmu
pada sebuah kebahagiaan yang sempurna

Terima kasih atas waktumu
yang lebih dari separuh umur hidupmu
telah kau lewati untuk menciptakan kesederhanaan
bahagia yang sempurna

Dan aku ingin hidup, lebih, lebih, dan lebih lama lagi
untuk selalu bersamamu

Maaf,,,,,
aku belum bisa berimu kebahagiaan
sederhana yang sempurna.-


*    *     *
Jakarta, 0110'12.-