Minggu, 29 September 2013

AKU MENUNGGUMU - by : Budi Riyanto

AKU MENUNGGUMU
oleh : Budi Riyanto

Di tepian bengawan
diantara bebatuan putih sedikit kusam menghampar
senja menepi
semburat jingga di ujung pucuk daun Akasia
mematung sunyi
menggambar diri, adalah dirimu yang aku tunggu
hingga sesenja ini
wartamu, adalah kabar hambar yang tersiar
terbang mengawang, terbawa kepakan camar
lenyap,
menyelinap di rumpun hijaunya pepohonan
aku masih dalam penantian panjang

Senja,
sebentar lagi menghilang
jingga mulai meremang,
angin malam kegelapan membisikkan keheningan
asaku tuk sua sia-sia

Senja telah hilang dari tepian Bengawan
malam telah merampasmu dari ingatanku
bersamaan menghilangnya bayangmu
di telan kegelapan
termangu,
diam dalam bisu

Rinduku terbawa riak Bengawan,-


*     *      *

29 September 2013,-

TUMBILA - by : Budi Riyanto

TUMBILA
oleh : Budi Riyanto

Menyesap legam darah tersesap
jiwa menghitam terkubur kesumat
murka merajam buih gelegak dendam
amuk murka angkara sesat

Meringkuk

Diam, mati enggan, hidup menyakitkan
menyesap pekat darah terhisap
disela-sela tulang belikat
amarah sesat mengumbar laknat
koar angkara membarakan samudra
dahana berhembus dalam segala aroma

Menyesakkan

Menyesap pekat darah tak lagi merah
nanah telah merubah
anyir,,,,,,,,,,
amuk murka ini, adalah kumpulan angkara
yang membakar rimba
membuncah laksana petir tanpa awan

Sekarat,,,,,,,,,,,,

Ringkik rengek pada dera derita
hilangnya welas asih
tinggal paparan panjang, petualangan kemurkaan
mati,,,,,
tertikam tajamnya pedang  kesenjangan,-

*   *   *

Jakarta, 29 September 2013

KUNTUM ITU - by : Budi Riyanto

KUNTUM ITU
oleh : Budi Riyanto

Kuntum itu
kuncup bukan, mekarpun belum
dimana entah tersimpan wajah
aku berharap ada
masih ada tersisa diantara tiada

Terpetik sesaat
sebelum ajal tiba,
padaku sebagai pemiliknya
aku masih saja
berharap akan adanya yang tiada
dimana entah tersimpan wajah

Kuntum itu
kuncup bukan, mekarpun belum
semerbak harum seakan tercium
setiaku
menunggumu, sebelum kering layuku
seperti ajal, masih setia menungguku
di ujung sebuah kepastian

Kuntum itu
kapan akan datang padaku
sedangkan telah tercium semerbak harummu

Aku masih menunggu
sedangkan waktu begitu cepat berlalu
lalu kapan tiba pastimu,,,,-

*      *      *

Jakarta, 29 September 2013

Kamis, 12 September 2013

SEANDAINYA - by : Budi Riyanto

SEANDAINYA
oleh : Budi Riyanto

Seandainya,,,,,
rindu ini berwarna,
mungkin lebih indah dari warna pelangi
seandainya,,,,,,
rindu ini beraroma,
mungkin lebih wangi dari aroma kembang setaman
sungguh,,,,

Seandainya aku tak berandai-andai
ketika aku tersadar dalam kesungguhan rasa
bahwa rinduku nyata
tanpa berpeluk
aku hangat terasa terdekap
tanpa melukis
aku mewarnai rindu ini dengan segala warna
hingga indah tertangkap mata
tanpa tercium
aku mencium harumnya rasamu
tanpa berpeluk
aku merasa hangat terdekap

Seandainya ini adalah nyata
aku inginkan rindumu
mewarnai langit setaman bunga
dengan segala warni warna
dan,,,,
kita sebangku didalamnya
saling mendekap dan berpeluk
menghabiskan senja
,,,,,,,,bersama,-


*      *      *

Jakarta, 12 Sepetember 2013,-

TEMBANG JIWA sajak yang terlupa - by : Budi Riyanto

TEMBANG JIWA sajak yang terlupa
oleh : Budi Riyanto

Dalam jiwaku
terangkum terangkai rindu
dalam setiap saat setiap waktu
padamu rinduku selalu tertuju

Entahlah,,,,,
aku tak paham memaknai rinduku
yang terkadang samar terkadang liar
adalah rinduku,,,,kamu
dalam puisiku,,,,,
dalam penggalan sajak-sajak yang terlupa

Masih saja rindu
tetap ada selalu,,,,,menghampiriku
ketika senja datang
ketika temaram jingga meremang
cepatlah padaku datang
habiskan rindumu juga rinduku
menuju malam kita

Liarku menjinak seketika
sesaat pelukmu hilangkan penatnya jiwa,,,,,
aku telah puisikan rinduku
dalam sajak-sajak TEMBANG JIWA

Seperti rindumu,,,,rinduku padamu
adalah sama seperti yang kau rasa
dari senja tadi
hingga malam nanti,,,,,,
sempatkan sesaat,,,,mimpimu tentangku,,,,
akukan mimpikanmu,,,,tanpa lelap,-

* * *

10-09-2013,

Jika Kau, Aku - by : Budi Riyanto

Jika Kau, Aku
oleh : Budi Riyanto

Rasakan siksa rindu yang kurasa
,,,seperti apa yang kurasa
hingga kuras habis air mata
selaksa kemarau yang berkepanjangan
hingga embunpun tiada mau singgah sesaat
sekedar sejukkan kerontang rindu yang meradang

Pagi hilang,,,
siang terjelang,,,,,,
hingga senja kembali datang
jika kau, aku
rasakanlah siksa rinduku
yang selalu kuras air mata
yang paksa kuruskan raga

Jika kau, aku
harusnya kau bisa rasakan juga rasaku,-

* * *

Jakarta, 10 September 2013

KITA DALAM KETIKA - by : Budi Riyanto



KITA DALAM KETIKA
oleh : Budi Riyanto

Kita dalam ketika
terjebak dalam lingkaran masa
senja,,,,
mengurung kita, dalam sua yang begitu nyata
dalam satu ikatan rasa yang seadanya
hadirmu adalah sesaat yang memberi makna

Kita dalam ketika
merajut satu rasa yang ada tiba-tiba
rengkuhlah rengkuh saja adaku
buaikan aku dalam pelukmu
saling mendekap kita dalam ketika
saat adamu adalah nyata
satukan rasa kita
rengkuhlah rengkuh saja adaku

Kita dalam ketika
adamu adalah sesaat yang memberikan makna
rasa telah mengantarmu
padaku
dalam satu dekapan yang tak lagi semu
namun hanya sisakan rindu
hingga menumpuk pada sebuah kata "jemu"
bagimu

Kita dalam ketika
adalah masa yang mengurung pada sebuah senja
yang hampir menuju malam
dan kita dalam ketika
terjebak dalam senja jingga
yang berkepenjangan nyatanya,-

*    *   *

Jakarta, 12 September 2013,-