Senin, 27 Agustus 2012

C o b a k u




C  o  b  a  k  u
oleh: Budi Riyanto


Tanganmu lembut, helai sutera
merdu bisikmu, lirih bayu
ditelingaku buai aku
gerai rambutmu diterpa angin Bengawan
semilir semerbak aroma bunga Akasia
gambaran rindu aku lukiskan
lamat-lamat di kanvas harapan
berbekal sketsa kerinduan

Seiring pelan angin berhembus
saat ditepi Bengawan dalam kerinduan
kesendirian......
hanya alam yang mendiam
bisu.......

Menitis bayangmu, pada gelombang
air Bengawan
cobaku untuk meraih
dan....
genggammu disitu.-



oleh: Budi Riyanto.-

R e b a h



R e b a h
oleh: Budi Riyanto


Pada dadamu
saat ada sepotong kerinduan akan sebuah kisah
adalah rasa kasih
inginku rebahkan jiwa yang penat
sudah sekian jauh langkahku
sesatkah..............?

Pada dadamu,
saat ingin kurenungkan kembali
langkah yang kemarin kutapaki
mungkin sia-siakah......?
Inginku rebahkan kepenatanku
akan jalan yang melelahkan

Pada pangkuanmu,
ingin kurebahkan kepalaku yang penat
sarat akan beban yang berat selama ini
ingin kurebahkan kepalaku
ingin kutuangkan segala kisahku
hingga tak berat lagi beban dikepalaku
agar ringan kaki untuk bawa langkahku

Pada pangkuanmu,
ingin kurebahkan kepalaku
guna bagi cerita, yang apa adanya
biar aku lebih tahu akan makna hidup ini
yang sesungguhnya
kian berat kepalaku, kian penat

Masih mungkinkah
aku rebah guna hilangkan lelah
masih adakah
tempat guna aku merebah
hingga hilang segala bebanku
segala apa yang ingin aku lepas
hingga lepas segalanya tanpa beban
lapangkan pikiranku
bagi-bagi beban-beban ini
berat beban ini, terlalu berat
aku bawa sendirian

Namun padamu,
hendak kurebahkan segala beban ini
untuk berbagi hilang lapang jiwa ini
pada dadamu,
pada pangkuanmu,
hendak kurebahkan segalanya
hingga berkurang rasa pedih
hingga berkurang rasa perih
hingga berkurang rasa berat beban ini

Bantu aku,
mencari makna akan hidup
dan kehidupan ini

Hangatmu aku rindu
dulu rasa kasihmu bantu aku
hingga lapang segala beban.-



oleh: Budi Riyanto.-

Kamis, 16 Agustus 2012

MALAM INI



MALAM  INI
oleh: Budi Riyanto.-


Aku,,,,
mendekap malam
dengan mata tetap nyalang
aahhh,,,,
ujung pagi telah datang
telah lalu lewatkan kisah
akan malam yang terlewati

Jangan jadikan gundahmu
akan adanya aku
anggap aku, embun yang menitik
pagi ini
mengusap belai rerumputan
yang mulai gersang
meranggas akan panas yang mengganas

Aku,,,,
lewati malam hingga pagi
tanpa sempat bermimpi
sama sekali.-

***



oleh: Budi Riyanto.-

SURAT TERBUKA KEPADA CINTA



SURAT  TERBUKA  KEPADA  CINTA
oleh: Budi Riyanto.-


Terima kasih
atas dilahirkannya aku
dalam perpaduan antara kasih dan sayang
hingga tertanamnya aku sebagai benih,
CINTA
dari segumpal darah
hingga ditiupkanNYA ruh padaku
dalam baluran kasih dan sayang
teriring CINTA

Menatap biru langitMU
menjejak tanah bumiMU
seiring doa sang kasih
sang sayang
sepenuh rasa CINTA

Aku terlahir
antara kasih dan sayang
perwujudan sebuah CINTA

Adalah harapku
akan kasih, akan sayang
sesungguhnya aku inginkan hanyalah
selalu hidup diantaranya
sang kasih
sang sayang dan
sang CINTA
untuk bisa lebih memaknai
makna yang hakiki.-

      ***


oleh: Budi Riyanto.-

SURAT TERBUKA KEPADAKU [HITAM PUTIHKU]



SURAT  TERBUKA  KEPADAKU [HITAM PUTIHKU]
oleh: Budi Riyanto,-


Adalah pekat
ketika kegelapan asyik mendekap
adalah kelam
ketika kesuraman menina bobokanku
dalam buaian mimpi tanpa tidur
adalah hitamku dulu

Ketika bias sinar menyelusup
antara kelamnya darah nadiku
sedikit demi sedikit sinaran itu
pelan sirnakan kekelamanku

Aku ingin bernafas lega lagi

Biarkan aku lelap dalam sesaji sajakku
yang terangkum dalam tembang jiwa
aku menemukan jiwaku
yang tak menghitam lagi
kelamku telah kutinggalkan

Tembang Jiwaku sesaji sajakku
aku berharap akan putihku
sinaran telah bersamaku melangkah
payungi hari-hariku

Dan.....
biarkan hitamku telah kuputihkan
untuk jalani hari-hariku
kekelaman telah kukuburkan
bias-bias sinar telah rasuki jiwaku
dalam langkah menapak hari

Andai muak adamu
akan sajian sajakku
dalam Tembang Jiwa
abaikan dan lupakan saja adaku

Aku adalah aku.

***


oleh: Budi Riyanto,-

SURAT TERBUKA KEPADA BENCI



SURAT  TERBUKA  KEPADA  BENCI
oleh: Budi Riyanto,-


Dan....
muak telah menginfeksi nadi
mengalir pelan meracun rasa
hingga timbul muak,,,,
muntahkanlah,,,,,,!!!!!!
Andai bisa lapangkan sesakmu
sebuah sesak kebencian yang memuncak

Aku tahu,
bencimu memuncak ubun-ubun
aku tahu,
bencimu hendak kau muntahkan,
lakunkanlah,,,,!!

Agar hilang muak sesakmu

BENCI
adalah rindumu menumpuk tak tertepati
walau tanpa ada janji
adalah amarahmu hendak kau muntahkan
ketika rasa muakmu
kian tak lagi tertahan

Muntahkan muak bencimu,
agar lapang sesak didadamu,
darahmu telah terinfeksi rasa muak
dan benci,
mengalir deras dalam muak tak terukur,
muntahkanlah,-

***



- Igau siang sebelum tidur,-
oleh: Budi Riyanto.-

SURAT TERBUKA KEPADA RINDU


SURAT  TERBUKA  KEPADA  RINDU
oleh: Budi Riyanto.-


Bersama angin
yang tak pernah sedikitpun
berhenti berhembus
semilir pelan sedikit membius
kabarkan rasa dalam belenggunya
dalam kangen yang bernyawa
membisik pada sela - sela dada berongga
sama - sama kita membisik rindu
yang tertahan

Malamku
adalah malam - malam yang kemarin
secangkir kopi
sebungkus racun paru - paru
teman setia manipulasi rindu

RINDU
ketika kau baca sedikit suratku
aku berharap akan pahammu
sesungguhnya rasaku telah lebam
membiru,,,,,

Pada tenggak terakhir kopiku
pada hisapan terakhir puntung racun paru
sungguh aku berharap
RINDU
bisa sedikit mengertikanku.-

***



oleh: Budi Riyanto.-

Selasa, 14 Agustus 2012

Jangan Tanyakan Kangenku




Jangan Tanyakan Kangenku
oleh: Budi Riyanto.-


Jangan tanyakan kangenku
karena takkan mampu kuungkap dalam kata
rasaku melebihi lebihnya kata-kata
dan kangenku membungkamnya
mendiam menikmati rindu
yang begitu menumpuk dalam kalbu

Jangan salahkan kangenku
karena jujur rasaku yang katakan
tapi jangan pula kau tanyakan kangenku
tentang seberapa besar
tentang kangen akan apa
tentang kenapa kangen ada

Aku tak pandai mengungkap kata
tentang kangen yang bagaimana
tentang kangen yang seberapa
tentang kangen yang karena apa

Setahuku,
aku merasa rindu
yang berharap akan temu
yang ber asa akan sua
itu setahuku akan rinduku padamu

Jangan tanyakan kangenku
seperti apa dan bagaimana
setahuku aku kangen,
cukup itu saja.-



Jkt, 140812.-
oleh: Budi Riyanto.-

NAMAKU LANGIT




NAMAKU  LANGIT
oleh: Budi Riyanto.-


Namaku Langit,,,,
ketika mereka menyebutku
ketika mereka mengenalku
mengembara pada mayanya dunia
inginku menjadi peneduh
akan kepanasan surya
akan rinainya menderas sang hujan

Namaku Langit,,,,
tapi berat kusandang
inginku di mayanya dunia
berbagi segala kisah sedih,duka
dan bahagia agar hilang
penat beban yang membeban

Namaku Langit,,,,,
berteman malam
berteman rembulan dan gemintang
berteman badai dan hujan
kadang berteman dengan kelembutan
embun pagi yang menjilat dedaunan
berteman sang surya dan mendungnya

Namaku Langit,,,,
yang kadang terlelap dalam kesunyian
heningnya sepi malam

Namaku Langit,,,,



olleh: Budi Riyanto.-

Jumat, 10 Agustus 2012

Munafik Aku,,,,,,,,



Munafik  Aku
oleh: Budi Riyanto.-


Munafik aku,,,,,,
andai tak anggap kangenmu
sedang rinduku akanmu
sudah menumpuk berbuku-buku
yang dalam lembar-lembarnya
adalah untaian puisi rindu
harusnya kau juga tahu akan itu

Munafik aku,,,,,,,
andai tak ada sepotongpun kangenku
ketika desah rajukmu merinduku
aku, terbawa ke alam rindumu
harusnya kau juga tahu
sebesar apa rindumu, sebesar itu pula
adanya rinduku padamu

Munafik aku,,,,,,
bila tak pernah kangenimu
walau adanya rinduku
terhenti pada garis batas
yang telah kita buat dan sepakati
biarlah rindu kususun berbuku-buku
pada lembar-lembar kisah
rangkuman kekangenan

Munafik aku,,,,,,
bila tak pernah merindumu
cukuplah itu,,,,,,,
yang seharusnya kau juga tahu.-



oleh: Budi Riyanto.-

Selasa, 07 Agustus 2012

Mati Inspirasi



Mati Inspirasi
oleh: Budi Riyanto.-

Secangkir kopi hitam pekat
tinggal seteguk,
aku buntu pikir, bebal nalar
inspirasi buyar
tak satupun larik aksara hendak terpapar
limbung pada diam membingung

Adakah aku salah cakap...?

Pahit kopi tertelan
asap putih kian meracun
apa hendak kuelak
sedang cakap terlanjur terucap

Salahkan saja,
salahkan aku andai bisa lapangkan
segala sesakmu

Buntu pikir, bebal nalarku
mendiam bisu pada kepekatan malam
berteman kopi hitam pekat
yang tinggal setegukkan

Dan.....
abaikan saja adaku
andai itu sudah inginmu.-



| Jkt, 070812
oleh: Budi Riyanto.-

Kamis, 02 Agustus 2012

Lewat Buku, Kubuat dan Kuobat Rindu



Lewat Buku, Kubuat dan Kuobat Rindu
by: Budi Riyanto,-


Ketika,,,,,,
lembar demi lembar halaman buku
kunikmat dengan lelahnya mata kantukku
sekelebat hadir bayangmu,,,,lewat
tanpa senyum terulas
hanya sekedar melintas

Lewat buku itu, kuundang hadirmu
karena aku rindu
tahukah kau,,,?
Lewat buku itu rindu itu, kubuat
tahukah kau,,,,?
Lewat buku itu rindu kuobat
aku hanya menikmati lembar bukumu
ketika datang rasa rindu akanmu

Lewat buku, kubuat dan kuobat rindu
akanmu, itu mampuku
Andai juga rasa rindu itu datang padamu
entah dengan apa akan kau lewatinya
itu rasaku, yang bisa kubuat dan kuobat
lewat buku
entah dengan apa rindumu kauobat
sedang sua kita tak pernah sempat

Rinduku,
lewat buku, kubuat dan kuobat.-



by: Budi Riyanto,-

Rabu, 01 Agustus 2012

Menuju Kepada Terang



Ingin Aku Menuju Terang
by: Budi Riyanto


Akhh,,,,,,
aksaraku tanpa nurani,,,,?
---- bisa jadi, aku menulis dengan naluri
       dan naluri mendekati hewani,,,,,,,,,,
tapi aku juga bukan binatang yang jalang,,,,
walau kadang mengembara liar lompat pagar
naluri yang bisikkan padaku
tunjukkan kukumu yang setajam sembilu
dan lukailah hingga berdarah-darah
sebagai pembalasan pengkhianatan

Kecamuk rasa kala itu
adalah amuk murka tanpa rencana
umpat maki adalah santapan hari-hari
sumpah serapah adalah pelengkap minum kopi
saat itu,,,,,,
rasaku terlukai,,,,,
rasaku terkhianati.

Tapi aku tak pernah mengelak,
akan masa laluku
dalam kubangan kelam aku tenggelam
diamku dulu adalah Srigala Liar yang lapar
seperti apa yang dulu pernah terpapar
pada tiap-tiap lembar catatan kamar,
yang sengaja aku gambar dan tinggalkan

Aku pernah tuangkan segala sumpah serapah
yang berdarah-darah
pada larik aksaraku yang tak pernah indah
aku tuangkan segala umpat maki
pada sang maksiat
walau memang pernah ternikmati
hingga aku terkhianati
hingga pada puncak amuk murkaku
segala sumpah serapah dan umpat maki,
dengan lancar aku berkoar
pada altar pengkhianatan

Dulu adaku adalah Srigala Liar yang lapar
tapi, taklah salahkan andai aku hendak,
menuju kepada terang.-



| Jkt, 010812
by: Budi Riyanto,-