Menunggu Sang Ternanti
oleh : Budi Riyanto
Entah berapa kali senja sudah
Kita lewati tanpa lelah,,,,
Lalu kita menunggu malam
Untuk sebuah penantian
Sebuah pagi dengan tangis kecil
kebahagiaan yang lama kita nantikan
Setelah belasan tahun
Entah berapa kali senja sudah
Dalam tiap berganti musim
Dari musim kering hingga musim basah
Kita masih menanti senja berganti malam
Tanpa lelah
Hingga menjemput pagi
Disambut tangisan riang
Seorang bayi,,,,
Kita menunggu disenja ini
Menunggu sang ternanti,-
* * *
Catatan sepotong senja.-
28 Agustus 2013.-
Kamis, 29 Agustus 2013
Senja Ini Rinduku - by : Budi Riyanto
Senja Ini Rinduku
oleh : Budi Riyanto
Redup temaram surya meredup
nafas hela harum rindu terhirup
adalah cahayamu yang sembunyi
dibalik bukit itu
disela-sela pucuk-pucuk akasia
kekuning keemasan
tersapu siraman senja
aku rindu,,,,bisikmu pada ujubg jingga
langit senja,,,,
pun aku,,,
rasakan hal yang sama
merindumu selalu, ketika senja temaram
turun menuju malam
aku rindu,,,,,bisikmu pada ujung daun
Akasia,,,,,
pun aku juga sama,,,,
simpan saja rindumu,
lalu sematkan dengan indah dibilik hatimu
agar senantiasa harum
tercium rindu-rindu ini,,,,,
pun aku juga rasakan sama,,,_
* * *
| Jakarta, 05 Agustus 2013
oleh : Budi Riyanto
Redup temaram surya meredup
nafas hela harum rindu terhirup
adalah cahayamu yang sembunyi
dibalik bukit itu
disela-sela pucuk-pucuk akasia
kekuning keemasan
tersapu siraman senja
aku rindu,,,,bisikmu pada ujubg jingga
langit senja,,,,
pun aku,,,
rasakan hal yang sama
merindumu selalu, ketika senja temaram
turun menuju malam
aku rindu,,,,,bisikmu pada ujung daun
Akasia,,,,,
pun aku juga sama,,,,
simpan saja rindumu,
lalu sematkan dengan indah dibilik hatimu
agar senantiasa harum
tercium rindu-rindu ini,,,,,
pun aku juga rasakan sama,,,_
* * *
| Jakarta, 05 Agustus 2013
RINDU RANDU - by : Budi Riyanto
RINDU RANDU
oleh : Budi Riyanto
Saat seperti ini
Ketika panas meranggas
Menatap garang, tanpa belas kasihan
Tapi aku rindu seperti ini
Ketika kembang Randu bermekaran
sebarkan aroma khas di hidungku
diantara debu-debu kapur dan guguran kembang randu
Aku rindu Randu
Saat siang yang menyengat
terhapus aroma kembang randu
dan butiran debu batu kapur
serta guguran daun Akasia
Tepian Bengawan
Ada rindu tersampaikan
Aku rindu Randu
dalam kemarau kali ini
Akan aroma kembang Randu
akan aroma panas tanah kapur
akan berserekannya daun Akasia
Sambil menunggu senja tiba
Aku rindu Randu,-
* * *
28 Agustus 2013,-
oleh : Budi Riyanto
Saat seperti ini
Ketika panas meranggas
Menatap garang, tanpa belas kasihan
Tapi aku rindu seperti ini
Ketika kembang Randu bermekaran
sebarkan aroma khas di hidungku
diantara debu-debu kapur dan guguran kembang randu
Aku rindu Randu
Saat siang yang menyengat
terhapus aroma kembang randu
dan butiran debu batu kapur
serta guguran daun Akasia
Tepian Bengawan
Ada rindu tersampaikan
Aku rindu Randu
dalam kemarau kali ini
Akan aroma kembang Randu
akan aroma panas tanah kapur
akan berserekannya daun Akasia
Sambil menunggu senja tiba
Aku rindu Randu,-
* * *
28 Agustus 2013,-
Candu - by : Budi Riyanto
Candu
oleh : Budi Riyanto
Aku menyandu rindu padamu
seakan tiada lagi obat bagiku
seperti mati suri adaku
ketika senantiasa terbius rindu akanmu
Duh,
Kekasih hati yang terhalang
adakah kau rasa rinduku kian meradang
ketika senja datang menjelang
Aku sepi
Tertikam rinduku padamu
yang seakan tak pernah kau mau tahu
Bahwa rinduku kian menggebu
Hening
Aku terdiam disudut senja
Sendirian,-
* * *
26 Agustus 2013
oleh : Budi Riyanto
Aku menyandu rindu padamu
seakan tiada lagi obat bagiku
seperti mati suri adaku
ketika senantiasa terbius rindu akanmu
Duh,
Kekasih hati yang terhalang
adakah kau rasa rinduku kian meradang
ketika senja datang menjelang
Aku sepi
Tertikam rinduku padamu
yang seakan tak pernah kau mau tahu
Bahwa rinduku kian menggebu
Hening
Aku terdiam disudut senja
Sendirian,-
* * *
26 Agustus 2013
Ajari Aku Tobat - by : Budi Riyanto
Ajari Aku Tobat
oleh : Budi Riyanto
Aku, ketika itu
terjun bebas, sebebas-bebasnya terjun
tanpa batas,
terhempas pada kedalaman jurang
yang begitu pekat dalam kegelapan,
aku tak lagi kenal norma etika dan segalanya
karena aku menganggap diriku,,,bebas,-
Bebas yang sebebas bebasnya bebas,,,
dalam kubangan jurang curam yang maha luas,,,,
Lalu aku tersadar,
bahwa langkahku kian nyasar,
bahkan kesasar dalam arah yang jelas-jelas tanpa tujuan,
aku mencoba keluar dari curamnya jurang keterpurukan
yang bebas tanpa batas,
yang tak ada lagi norma dan etika,
aku kembali keluar dari jurang itu,
aku melangkah pelan walau tertatih,
akan luka tersisa yang masih perih.
Aku mohon padamu, jangan ajak kembali aku.
Bersetubuh dengan segala kalimat maksiat,
aku mohonkan padamu ajari aku bertobat,
aku sudah penat hidup dalam dunia pekat,
hidup dalam kubangan maksiat,
aku sungguh mohonkan padamu ajari aku bertobat
jangan genggam tanganku
dan menggandengnya kembali kedalam jurang kepekatan.
Aku sudah penat
dengan dunia kegelapan yang kian pekat
dalam selimut maksiat,
Tolonglah,
cukup ajarkan aku bertobat
bukan untuk kenikmatan sesaat yang sesat,
Hidup tak akan ada guna lagi,
seandainya hanya berkubang dengan memperkaya dosa diri,
sungguh aku mohonkan padamu ajari saja aku bertobat,
aku sudah penat dengan hidup yang sesat,
dan semakin saja sesat dan pekat,-
* * *
26 Agustus 2013.-
oleh : Budi Riyanto
Aku, ketika itu
terjun bebas, sebebas-bebasnya terjun
tanpa batas,
terhempas pada kedalaman jurang
yang begitu pekat dalam kegelapan,
aku tak lagi kenal norma etika dan segalanya
karena aku menganggap diriku,,,bebas,-
Bebas yang sebebas bebasnya bebas,,,
dalam kubangan jurang curam yang maha luas,,,,
Lalu aku tersadar,
bahwa langkahku kian nyasar,
bahkan kesasar dalam arah yang jelas-jelas tanpa tujuan,
aku mencoba keluar dari curamnya jurang keterpurukan
yang bebas tanpa batas,
yang tak ada lagi norma dan etika,
aku kembali keluar dari jurang itu,
aku melangkah pelan walau tertatih,
akan luka tersisa yang masih perih.
Aku mohon padamu, jangan ajak kembali aku.
Bersetubuh dengan segala kalimat maksiat,
aku mohonkan padamu ajari aku bertobat,
aku sudah penat hidup dalam dunia pekat,
hidup dalam kubangan maksiat,
aku sungguh mohonkan padamu ajari aku bertobat
jangan genggam tanganku
dan menggandengnya kembali kedalam jurang kepekatan.
Aku sudah penat
dengan dunia kegelapan yang kian pekat
dalam selimut maksiat,
Tolonglah,
cukup ajarkan aku bertobat
bukan untuk kenikmatan sesaat yang sesat,
Hidup tak akan ada guna lagi,
seandainya hanya berkubang dengan memperkaya dosa diri,
sungguh aku mohonkan padamu ajari saja aku bertobat,
aku sudah penat dengan hidup yang sesat,
dan semakin saja sesat dan pekat,-
* * *
26 Agustus 2013.-
Seperti Yang Kau Pinta
Seperti Yang Kau Pinta
oleh : Budi Riyanto
Ketika itu
Kau tanya tentang apa penawar,
yang bisa hilangkan bisa rindumu
Yang telah merasuk pada nadi rasamu
Yang begitu menyiksa setiap hari-harimu
Taklah sulit kurasa
dan aku yakin kau akan bisa
Seperti yang kau pinta
Tumbuh suburkan bencimu padaku
Niscaya formula itu akan manjur bagimu
Tapi aku tak akan menjamin, sayang,,,
yang aku takutkan akan menjadi bumerang bagimu
Lalu rasa rindumu kian berkarat dinadimu
hingga tak mampu kau bangkitkan rasa bencimu
Padaku
Seperti yang kau ungkap, sayang
Bahwa rindumu selalu ada untukku
Pada sebuah titik, tanpa koma
Untuk selalu dan selamanya
Maaf,,,
Aku telah bangkitkan rindumu selalu
Ketika kau terjaga disetiap waktu,-
* * *
| Jakarta, 26 Agustus 2013,-
oleh : Budi Riyanto
Ketika itu
Kau tanya tentang apa penawar,
yang bisa hilangkan bisa rindumu
Yang telah merasuk pada nadi rasamu
Yang begitu menyiksa setiap hari-harimu
Taklah sulit kurasa
dan aku yakin kau akan bisa
Seperti yang kau pinta
Tumbuh suburkan bencimu padaku
Niscaya formula itu akan manjur bagimu
Tapi aku tak akan menjamin, sayang,,,
yang aku takutkan akan menjadi bumerang bagimu
Lalu rasa rindumu kian berkarat dinadimu
hingga tak mampu kau bangkitkan rasa bencimu
Padaku
Seperti yang kau ungkap, sayang
Bahwa rindumu selalu ada untukku
Pada sebuah titik, tanpa koma
Untuk selalu dan selamanya
Maaf,,,
Aku telah bangkitkan rindumu selalu
Ketika kau terjaga disetiap waktu,-
* * *
| Jakarta, 26 Agustus 2013,-
Proyeksi Satu Tubuh - kolaborasi : Budi Riyanto dan "J"
Proyeksi Satu Tubuh
kolaborasi : Budi Riyanto dan "J"
Perempuan tanpa lelaki
Berjalan sendirian
Melangkah pasti tinggalkan kenangan
Menapak jalan yang begitu panjang
Tentang cerita yang kemarin
:
Dengan lumpur disepatu
Menuju kepada cerita untuk lusa
Perempuan sendirian
Berjalan tanpa lelaki
Yang entah kemana telah pergi
Tanpa pernah tinggalkan janji
Sepotongpun
:
Dengan sepatu dilumpur
Perempuan itu masih saja berjalan
dan bertahan
Bahwa pwencarian belum berakhir
Hati merupakan waktu
Tanpa dentang satu-satu
Karena irama hidup adalah sama adanya
Dari detak detik
Menuju pada menit yang berakhir pada jam
Lalu terhitung hari, minggu, bulan, dan tahun
Perempuan tanpa waktu
Berjalan dengan hati
Pada seorang lelaki
Yang telah lama memberi hati
Walau tanpa pernah tanggalkan janji
Untuk ditepati
Aku terus berjalan
Sepanjang malam
Dengan lelaki
Hanya dalam bentuk bayangan
Yang selalu menemani sepanjang jalan
Sepanjang hari
Sepanjang masa.-
* * *
23 Agustus 2013
kolaborasi : Budi Riyanto dan "J"
Perempuan tanpa lelaki
Berjalan sendirian
Melangkah pasti tinggalkan kenangan
Menapak jalan yang begitu panjang
Tentang cerita yang kemarin
:
Dengan lumpur disepatu
Menuju kepada cerita untuk lusa
Perempuan sendirian
Berjalan tanpa lelaki
Yang entah kemana telah pergi
Tanpa pernah tinggalkan janji
Sepotongpun
:
Dengan sepatu dilumpur
Perempuan itu masih saja berjalan
dan bertahan
Bahwa pwencarian belum berakhir
Hati merupakan waktu
Tanpa dentang satu-satu
Karena irama hidup adalah sama adanya
Dari detak detik
Menuju pada menit yang berakhir pada jam
Lalu terhitung hari, minggu, bulan, dan tahun
Perempuan tanpa waktu
Berjalan dengan hati
Pada seorang lelaki
Yang telah lama memberi hati
Walau tanpa pernah tanggalkan janji
Untuk ditepati
Aku terus berjalan
Sepanjang malam
Dengan lelaki
Hanya dalam bentuk bayangan
Yang selalu menemani sepanjang jalan
Sepanjang hari
Sepanjang masa.-
* * *
23 Agustus 2013
Siang Ini - by : Budi Riyanto
Siang Ini
oleh : Budi Riyanto
Garang mentari memanggang
didihkan otakku yang kian bebal
:
hanya hadirkan denyut nadi yang kian tak berirama
puncakkan pucuk emosi
pada ubun-ubun yang beruban
panas,,,,,,
meranggas,,,,,,,
seperti pepohonan tanpa tunas
Diamlah diam wahai sang emosi
redakan sesal resah dihati
mungkin senja nanti hadirkan mendung
lalu rinaikan rintik hujan
mendinginkan hati
sambil menunggu malam tiba
menanti rembulan yang kepayahan
Garang,,,,
kian memanas dihari siang
mentari tepat bertengger diubun-ubun
mencoba menghitamkan uban
:
Aku masih disini
seperti kemarin-kemarin
saat pertama kali kau kenali
* * *
| Dibawah langit Kemayoran, 22-08-2013,-
Aku Ingin - by : Budi Riyanto
Aku Ingin
oleh : Budi Riyanto
Berteduh dari panas siang ini
disela - sela tatap teduh matamu
yang selalu simpan damai
damainya kedamaian kasih sayang nan tulus
aku ingin
dan sungguh inginkan itu
Berlindung dalam teduhnya damaimu
dari panasnya hidup yang kian meranggas
Aku ingin
selalu dan selamanya
dalam dekap hangatnya hatimu
ketika dinginnya hidup menusuk jiwaku
aku ingin
selalu dan selamanya
berteduh dalam damainya hatimu
ketika panasnya kehidupan membakar jiwaku
Aku ingin
jiwamu selalu ada untuk jiwaku
ketika kita memang tercipta
menjadi satu jiwa yang sehati
* * *
23 Agustus 2013
Ilustrasi : Diambil dari Internet
Sepertinya - by : Budi Riyanto
Sepertinya
oleh : Budi Riyanto
Sepertinya
rasamu adalah sama
seperti rasaku
ketika kau ucap rindu
begitu pula rasaku
Sepertinya
rasamu adalah serasa rasaku
ketika kau ucap cinta
akupun rasakan hal yang sama
Sepertinya
rasaku dan rasamu
adalah serasi serasa
Ketika kau rindu aku
saat itu akupun rasakan rindu yang sama
ketika kau ucapkan cinta
begitu pula kuucapkan kata
Sepertinya
serasa serasi rasa kita
:
Sepertinya
hanya seperti sebuah rasa
* * *
18 Agustus 2013
Ilustrasi : Diambil dari Internet
Aku Masih Beharap - by : Budi Riyanto
Aku Masih Berharap
oleh : Budi Riyanto
Walau air mata menganak ombak
aku masih berharap
walau,,,,nafas hanya tersisa
dalam penggalan-pangelan tarikan
aku juga masih berharap
Membawa gunung yang beranak pinak
dan mengaraknya
Aku tak peduli,,,
seberapa hari hidup masih tersisa lagi
walau kering tenggorokan mengucap doa
walau ombak air mata sering mengiringnya
aku masih berharap
Membawa gunung yang masih berkembang biak
Aku tak peduli
selagi nafas masih mengiringi
harapanku, tak akan pernah mati
walau air mata menganak ombak
walau gunung menganak pinak
Aku masih berharap
* * *
Jakarta, 17 Agustus 2013
- dibawah langit Kemayoran-
Ilustrasi : Diambil dari Internet
Selasa, 06 Agustus 2013
BIARLAH - by : Budi Riyanto
BIARLAH
oleh : Budi Riyanto
Pengkhianatanmu aku nikmati
dengan leleran luka di hati
ketika segala janji telah engkau ingkari
semudah kau mengucap semudah kau mengingkari
segala janji yang telah terpatri
Biarlah,,,,
aku nikmati puisi sakit hati
ketika kau melangkah mencari pengganti
menuju pelaminan yang suci
kau tinggal dan lupakan aku,,,,sendiri
mengenangkan janji-janji yang kau ingkari
Biarlah,,,
aku nikmati pengkhinatanmu
ketika kau melangkah dengan penggantiku
dan,,,
adaku hanya kau anggap debu
yang terbang diantara angin gersang
panas yang meranggas,,,,
Biarlah,,,
aku relakan dudukmu dipelaminan
tanpa aku disampingmu
saat aku telah tergantikan,-
* * *
| 06 Agustus 2013,-
Ilustrasi : Diambil dari Internet
Setelah Kepergianmu - by : Budi Riyanto
Setelah Kepergianmu
oleh : Budi Riyanto
Setelah kepergianmu,,,
setelah beberapa waktu yang lalu
pergimu tinggalkanku untuk selamanya
menghadap sang Ilahi,,,,
sepi hidupku
lengang jiwaku
sejatiku hilang terbawa olehmu
seakan hidup tanpa makna lagi
hanya bulir - bulir air mata yang kerap mengalir
saat mengenang adamu
saat mengingat segalamu
ketika segalamu adalah segalanya bagiku
juga bagi kami
sayang,,,
tiadamu tak tergantikan,,,,
sayang,,,,
ketika pucuk-pucuk malam tertunduk pada senyap
aku hanya mampu panjatkan doa dalam sekejap
damailah adamu
damailah dalam indah surga-Nya
sayang,,,
adamu dalam sisi hatiku
tak seorangpun akan mampu menggantikanmu
bayangmu senantiasa ada disisiku
dalam hidupku
di setiap hembusan nafasku
adalah adamu melintas membayang setiap langkahku
* * *
| 06 Agustus 2013
Ilustrasi : Diambil dari Internet
Senin, 05 Agustus 2013
Aku Kangen - by : Budi Riyanto
Aku Kangen
Oleh : Budi Riyanto
Sungguh
kangennya kangen
yang maha kangen
padamu
lalu adakah rasa itu padamu
terbersit walau sesaat
terasa walau sesaat
kangen akanku
sungguh
kangenku
hingga tak terukur lagi
dan
hingga
menjelang
mati
rasa,,,,
* * *
| Jakarta, 05 Agustus 2013,-
Oleh : Budi Riyanto
Sungguh
kangennya kangen
yang maha kangen
padamu
lalu adakah rasa itu padamu
terbersit walau sesaat
terasa walau sesaat
kangen akanku
sungguh
kangenku
hingga tak terukur lagi
dan
hingga
menjelang
mati
rasa,,,,
* * *
| Jakarta, 05 Agustus 2013,-
Jumat, 02 Agustus 2013
Dan Aku Menemukanmu - by : Budi Riyanto
Dan Aku Menemukanmu
Oleh : Budi Riyanto
Dan,
aku menemukanmu
ketika kau pun menemukanku
saat masa begitu lama menelan kita
pada sebuah kisah dalam masing-masing kita jalani
aku menjalani hidupku
dan
kaupun menjalani kehidupanmu
kita terpisah
dalam hidup, masing-masing kehidupan kita
waktu berlalu
dan terus berlalu
seperti berlalunya kisah kasih kita dahulu
kau tempuh jalanmu
aku tempuh jalanku
jauh kita, dalam kehidupan kita masing-masing
Dan,
aku menemukanmu
seperti kau menemukanku
setelah berlembar-lembar kalender
tersimpan sebagai lipatan, tahun yang berganti
Namun,
rasa ini, adalah kata hati yang sama
seperti dulu masa-masa kita bersama
semasih kita dalam sejalan yang beriringan
lalu,
kini,
mampukan kita menyatu
dalam rasa yang sama seperti dulu
sedang kita,
kini adalah masing-masing yang telah beda
Dan,
aku menemukanmu
ketika kau pun menemukanku
dalam rasa yang sama
seperti,
ketika kita menjalin kisah dulu,
lalu,,
mungkinkah kita bersatu
menjalin kisah kasih baru,,,,,?
* * *
| 02 Agustus 2013,-
Kekasih Halalku - by : Kanaya Mahameru feat Budi Riyanto
Kekasih Halalku
Oleh : Kanaya Mahameru dan Budi Riyanto
Tanpa kata-kata
aku tau kamu mengasihiku
karena kurasakan dari niat tulus dan khitbahmu
untuk menghalalkan rasa itu
tanpa kamu ucap
aku tau kamu merindukanku
karena kulihat dari kesungguhan tekadmu
mendapatkan mahar dari hasil jerih payah
dan tetesan keringatmu
tanpa untaian puisi
aku tau kamu menyayangiku
karena kudengar ada namaku dalam tiap doamu
semata - mata mengharap keridhoan Allah
tanpa kamu bisikkan
aku tau kamu mencintaiku
karena hatiku bergetar saat disampingmu
wahai kekasih halalku
sungguh aku mencintaimu
harapku dengan pernikahan yang barokah ini
semakin hari kamu semakin sayang
ketika memandangku
sehingga aku merasakan getaran cinta
yang semakin mendalam
kala memandangi wajahmu
duhai kekasih halalku saat cinta ini menjadi halal
kuharap akulah yang tercantik dalam hatimu
ya ...
biarlah hanya aku yang tercantik dalam hatimu
tercantik tidak hanya untuk saat ini
ketika wajahku berselimut bedak
tetapi juga tercantik untuk nanti
ketika wajahku telah berselimut kerut
karena termakan oleh senja ...
dan kaupun telah mengerti akan segala adaku
segala rasa yang pernah ada
dan akan selalu ada tercurah
padamu,,,dan selalu padamu
tanpa perlu kuungkap segala kata
tak perlu kuurai segala kata indah merayu
ungkap kataku taklah seindah
rapi indahnya kata pujangga
yang selalu kasmaran setiap saatnya
tulus rasaku
tulus cintaku,,,,padamu duhai kekasih halalku
kekasih jiwaku,
semoga rasa kita adalah selalu untuk selamanya
sepanjang nafas kita terhembus
beriring seiring sejalan
melangkah kita selalu berdampingan
kekasih halalku, jadikanlah aku juga kekasih halalmu
untuk selalu dan selamanya
bahwa kita adalah, dua hati dalam satu jiwa,,,,
wahai kekasih halalku,
walau tak seindah kata pujangga
mengungkap cinta
namun rasaku melebihi segala aksara untaian pujangga,,,,,
* * *
| 02 Agustus 2013,-
Langganan:
Postingan (Atom)