Rabu, 17 April 2013

Sebuah Rumah Berpintu Satu - oleh : Budi Riyanto

Sebuah Rumah Berpintu Satu
oleh : Budi Riyanto


Mata kuyu layu,
kaki melangkah pelan, lelah
- laki-laki itu menuju ke arah pintu sebuah rumah, yang hanya berpintu satu
  tanpa jendela, tanpa kaca

Dengan dada sebelah kanan, tertancap sebilah pisau
hitam karatan
hati telah terkoyak oleh entah
dan berdarah
satu luka terukir dari sebuah kisah indah

Mata kuyu layu
kaki melangkah pelan, lelah
- laki-laki itu terdiam dalam hati yang berdarah
  menuju ke arah pintu sebuah rumah, yang hanya berpintu satu
  tanpa jendela, tanpa kaca

- perempuan itu menyambut laki-laki dengan pisau berkarat di dada yang menancap
   ( dengan menahan perih, karena dua pisau berkarat telah menancap di dada perempuan itu,
      pun oleh entah ), dua luka terukir dari sebuah kisah resah

Sebuah pertemuan bisu,
pada sebuah rumah berpintu satu
tanpa jendela, tanpa kaca
sepasang manusia, dengan pisau berkarat tertancap di dada
yang oleh entah
terluka hati berdarah

Mata kuyu layu laki-laki itu
disambut perempuan dalam tangisan sendu
bersatu dalam pelukan, dengan pisau berkarat di dada masing-masing, yang masih menancap.-

*   *   *

| Jakarta, 17 April 2013,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar