Selasa, 22 Mei 2012

Sajak Sembilan ( Kado buat Rembulan )



Sajak Sembilan ( Kado buat Rembulan )
by : Budi Riyanto

Mana  kucari lagi ragamu
hendak kuraih dalam dekap
saat tiba kian kusam langkahku
kusut bersama kita buat
dalam segala angan yang melayang
awang-awang itu tak terbatas
dalam sama-sama rasa terlewatkan
sesungguhnya aku tak paksamu

Lembar itu hitam adanya kugores
saat dalam gelap mataku menoreh
ketika gejolak memaksa jiwaku
adalah ragamu yang turut memaksa
hingga sama-sama kita terkapar
pada suatu kapar yang tak tahu kau maknanya
adalah sesaat yang terasa
kini jiwaku bingung
hingga ragaku tak terurus

Adalah sesaat yang tak pernah terlupakan
sesaat yang membuat aku kian terjerat
untuk kembali
menoreh tinta hitam
pada hidupmu
pada hidupku
goresan hitam ada padaku
karena kita sama-sama ingin
karena kita sama-sama mau

Rengkuh kembali semua itu
hingga lelapmu dalam dekapku
turut antarmu dalam mimpi
hingga larut
pagimu telah terlalu siang untukku
bukan karenaku
memang itu hendakmu
memang itu inginku
ketika memang kamu mau

Kini kemana hendak kucari kamu
saat kian rindu dalam benakku
itu hanya rindu
untuk kamu tak perlu tahu
hanya hasrat
akan segala nikmat
yang telah sama-sama kita buat
akhh,,,,,,,
jauh waktu telah berlalu

Namun kadang hasrat  hendak kembali raihmu
dalam satu dekap yang hangat
itu kehangatan maya yang tercipta
membuat hasrat
yang sengaja kau buat
untuk kita rengkuh sesaat
dalam satu nikmat
adalah kesengajaanmu yang kau buat
untuk membawa kita dalam sebuah jerat
hitam langkah itu sudah tergurat

Dan segala itu telah paksa aku untuk merindu
bahwa kita telah sama-sama arungi itu
satu perjalanan yang belum saatnya kau tahu
jauh,,,,,,,,,,
bila kau rasa lagi itu
engkau telah tahu cara melewatinya
seperti dulu
saat kau mengundang aku
untuk mendekap langkah hitam

Entah makna apa yang terlintas dalam benak
saat masing-masing kita arungi cerita
yang sama-sama kita gores dalam kemesraan
hingga malam-malam kian bisu
ketika kaupun mau
untuk mengantar kian lelapmu
buaian impian yang belum kau pahami
juga aku yang tak mengerti

Dulu,,,,kamu,,,,,
bagai Rembulan pucat
bukan aku yang buat
karena kau yang berhasrat
sengaja kau yang mengundang
untuk mengulang
segala apa yang belum kau pahami
saat belum waktunya
inilah kenyataan yang ada.-






Jakarta, 140994-210512
by : Budi Riyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar